Tingkatkan kekompakan tim dan kecintaan terhadap lingkungan, Eco Bhinneka selenggarakan tanam mangrove dan snorkling di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada Minggu (11/6/2023). Acara diikuti oleh 19 orang dari tim manajemen program di tingkat Nasional, Regional, dan perwakilan anggota dari komunitas Eco Bhinneka di regional. Ada perwakilan dari komunitas SEKA (Sahabat Eko Bhinneka Pontianak), PEKA (Partner Eco Bhinneka Ternate), AMONG (Angkatan Muda Eco Bhinneka Blambangan Banyuwangi), dan Sederek Muda Eco Bhinneka Surakarta.
Tim Eco Bhinneka berangkat mulai pukul 07.00 WIB dari Kawasan Jakarta Utara menuju ke Dermaga 17 Ancol, kemudian menempuh perjalanan selama 40 menit naik kapal speed boat menuju ke Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Sesampainya di Pulau Pari, Tim Eco Bhinneka naik becak motor atau dikenal dengan nama Bentor, untuk menuju ke Pantai Pasir Perawan dan bersiap-siap untuk menanam mangrove.
Ara selaku fasilitator penanaman mangrove semula mengenalkan mengenai tanaman mangrove dan fungsinya. “Tanaman Mangrove yang akan kita tanam ini termasuk jenis tanaman air yang berakar tunggang,” ungkapnya. “Jika sudah tumbuh besar, Mangrove akan sangat membantu mencegah gelombang dan abrasi pantai,” imbuh Ara. Kemudian Ara menjelaskan cara menanam mangrove, “Sebisa mungkin beri jarak sejengkal dari akar, sebelum bibit tanaman mangrove ini dimasukkan ke dalam lubang tanah pasir pantai yang kita gali,” terangnya.
Mas Ara, panggilan akrab Ara, kemudian mengajak peserta berjalan kaki menuju ke lokasi kompleks penanaman mangrove di bibir pantai. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk praktik menanam mangrove. Tak lupa, Mas Ara membagikan name tag untuk dipasang di batang tanaman mangrove, “Fungsi name tag ini adalah sebagai tanda kapan tanaman ini ditanam, agar kita mengetahui usia tanamannya,” ujarnya. “Selain itu, kita juga bisa tuliskan nama kita atau siapa yang menanam mangrove ini,” imbuh Ara. Seluruh peserta kemudian berswafoto bersama, setelah seluruh bibit tanaman mangrove selesai ditanam.
Acara dilanjutkan dengan Snorkeling, yaitu menyelam di laut yang tidak terlalu dalam, untuk menikmati pemandangan terumbu karang dan ikan-ikan di bawah laut. Dari Pulau Pari, setelah berganti pakaian renang, peserta menaiki kapal selama 15 menit menuju ke kawasan pulau terdekat yang menjadi spot atau lokasi snorkeling. Sebelum peserta masuk ke laut, Mas Ara ditemani rekan fotografernya Mas Agung, memberi penjelasan kepada peserta cara penggunaan alat snorkel dan baju pelampung, serta teknik agar peserta bisa berfoto bersama ikan-ikan.
“Seru acaranya, saya baru kali ini tanam mangrove di pantai, sebelumnya saya pernah menanam mangrove tapi di rawa. Saya juga baru pertama kali ini ikut snorkeling, kalau berenang di laut sih sering, hehe” ujar Mahatma Adi, salah seorang peserta dari Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (PERADAH) Kabupaten Banyuwangi – Jawa Timur. Wakil Ketua PERADAH Banyuwangi yang akrab disapa Mas Mahatma ini, juga berpesan pentingnya tindak lanjut dari kegiatan ini. “Saya berharap, kita tidak hanya menanam saja, tapi juga turut merawat tanaman ini sampai tumbuh dengan baik,” katanya. “Semoga setelah snorkeling ini kita juga bisa lebih peduli dengan kebersihan laut, jangan buang limbah sembarangan ke laut, karena ikan tidak bisa mengelola limbah,” ungkap Mas Mahatma penuh harap.
Sementara itu, Fadila Syahril, salah seorang peserta yang berasal dari Kepulauan Bacan, Maluku Utara, menceritakan suka citanya mengikuti kegiatan ini. “Di kegiatan ini kita nggak cuma healing, tapi juga ada kebersamaan. Kita berkesempatan saling berbagi pengalaman dalam mengelola Eco Bhinneka dengan kawan-kawan dari berbagai daerah seperti dari Pontianak, Surakarta, dan Banyuwangi.” ungkapnya yang kini menjabat sebagai Regional Staff Eco Bhinneka Muhammadiyah Ternate – Maluku Utara. “Semoga setelah mengikuti kegiatan ini, kita bisa mengubah perilaku kita, agar tidak membuang sampah sembarangan di laut.” ucap Fadila. Ia merasa miris dan sedih melihat banyaknya sampah yang tersangkut di sela-sela tanaman mangrove. “Kalau kita berenang di lokasi snorkeling, tolong hati-hati, jangan injakkan kaki di dasar, agar terumbu karangnya tidak rusak, karena butuh waktu bertahun-tahun untuk terumbu karang bisa tumbuh,” ucapnya berpesan.
Penulis: Dzikrina Farah Adiba