Solo- (26 Juni 2022) Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) bersama Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kota Surakarta melaksanakan tindak lanjut dari sosialisasi Ecobhinneka pada tanggal 11 Juni 2022. Agenda tindak lanjut ini dilaksanakan pada tanggal 25 dan 26 Juni 2022 berlokasi di balai warga RW 05, Kelurahan Joyotakan. Kegiatan tindak lanjut ini diberi nama Srawung Cerita Eco Bhinneka. Peserta yang dipilih mengikuti kegiatan ini adalah para penggerak masyarakat dalam berkegiatan seperti ketua RW, kader posyandu, karang taruna, tokoh agama, dan tokoh budaya. Sekretaris Departemen Pendidikan, sekaligus Manajer Program Eco Bhinneka Surakarta Hanifa Kasih Surahman, S.Sos. menyatakan tujuan pertemuan kali ini adalah menyamakan persepsi antar tokoh masyarakat yang hadir mengenai toleransi dan kesadaran pada lingkungan, selain itu untuk meningkatkan kapasitas setiap individu agar mampu mengimplementasikan kehidupan toleran dan peduli lingkungan di dalam masyarakat atau komunitasnya.
Pada hari pertama, masyarakat mendapatkan materi tentang toleransi dan keberagaman oleh Hafidzotu Diyanah, S.T. yang menguraikan bahwa tercapainya sebuah toleransi itu dibutuhkan kerjasama dan rasa empati. Pada materi kedua, Bidang Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Arthaty Mulatsih, S.T, M.Si. menyampaikan langkah yang harus dilakukan dalam pengelolaan sampah, yakni pertama, melakukan 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle). Kedua, mengupayakan inovasi dalam pengelolaan sampah. Ketiga, sosialisasi pengelolaan sampah pada siapapun dan kapanpun, dimulai dari diri sendiri, keluarga dan sekitar kita.
Pada hari kedua, peserta mendapatkan materi dari Fakultas Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) oleh Nur Latifah Mardiyati, M.S. mengenai pencegahan Stunting. Materi yang disampaikan menjelaskan bahwa ciri stunting tidak hanya bertubuh pendek dan dibandingkan dengan tetangga, tetapi harus diukur setara dengan balita atau anak seusianya. Lalu menjelaskan pentingnya peran masyarakat dan generasi muda untuk meningkatkan kesadaran makan makanan yang bergizi guna pengurangan stunting.
Setelah pemaparan materi, dilanjutkan diskusi kesan para tokoh mengenai kegiatan yang telah dilakukan dan saran kegiatan kedepannya. Perwakilan peserta penggerak masyarakat mendapatkan buku panduan gizi dan drop box untuk pengelolaan sampah. Pada akhir sesi, disampaikan 7 manifesto dengan nama “Prastawa Srawung Cerita Eco Bhinneka Joyotakan” yaitu satu, mendorong keterlibatan kelompok muda dalam menggagas dan menggerakkan isu Eco Bhinneka. Kedua, mewujudkan penurunan kasus stunting di Joyotakan. Ketiga, menggiatkan pengelolaan dan pemilahan sampah agar dapat menjadi potensi ekonomi dan budaya. Keempat, mengoptimalkan potensi sungai Joyotakan menjadi sumber perekonomian dan sarana pelestarian kerukunan dan lingkungan. Kelima, mempererat silaturahmi, rasa persaudaraan, dan rasa memiliki di Kelurahan Joyotakan. Keenam, menggiatkan aktifitas yang lebih inklusif. Ketujuh, menjaga dan mempertahankan kebudayaan yang menjadi ciri khas desa Joyotakan berbasis Eco Bhinneka.
Penulis: Frida A.M
Editor: Shira Sahira