Malam itu kami tak jadi mengantuk karena membaca sebuah undangan. Undangan yang membuat haru biru karena kami dipercaya untuk hadir di sebuah perayaan penting etnis Tionghoa, Imlek. Undangan kami terima dari tokoh agama Konghucu, Tjahyadi Sugianto. Tanggal 21 Januari 2023, pukul 22.00 WIB beliau mengharapkan kehadiran kami, tim Eco Bhinneka Muhammadiyah Regional Banyuwangi.
Hari itu tiba, jalan raya menuju TITD (Tempat Ibadah Tri Dharma) Hoo Tong Bio Banyuwangi nampak meriah dengan lampion dan beragam hiasan khas Imlek dengan warna merah dan kuning emas yang mendominasi. Tentu kami tak melewatkan waktu berharga itu, kami potret berbagai sisi dari suasana perayaan Imlek.

Kemeriahan TITD Hoo Tong Bio, Banyuwangi (foto: tim regional Eco Bhinneka)
Pertunjukan barongsai tak lupa menyemarakkan suasana. Terlihat ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, dan anak-anak tumpah ruah menyaksikan pertunjukan barongsai. Kami bahagia melihat kebersamaan yang ada. Perempuan berjilab, pria berpeci, remaja dengan penutup kepala khas Banyuwangi turut memeriahkan suasana Imlek. Uniknya, pemain barongsai tidak hanya berasal dari etnis Tionghoa, melainkan dari Jawa, Osing, dan Madura. Mereka berkesenian dan bergembira bersama. Untuk penjaga keamanannya pun turut berpartisipasi umat dari agama lain.

Persiapan pertunjukan barongsai (foto: tim regional Eco Bhinneka)
Tahun Baru Imlek didasarkan pada peredaran bulan, sebagai kalender bagi etnis Tionghoa. Suka cita Imlek dimiliki oleh umat lintas agama. Mengingat tidak hanya umat Konhgucu yang merayakannya, tetapi juga etnis Tionghoa dari Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan Hindu.
Kami diterima sangat ramah oleh pemuda dan tokoh agama Konghucu. Menikmati makan bersama adalah salah satu wujud meleburnya perbedaan dan menguatnya kerukunan. Diskusi ringan dan santai mengalir sepanjang satu jam kami di sana. Pada saat ibadah Imlek akan digelar kami pamit undur diri.

Makan bersama (foto: tim regional Eco Bhinneka)

Diskusi ringan tentang Imlek (foto: tim regional Eco Bhinneka)
Eco Bhinneka dengan semangat yang sama sedari mula berupaya senantiasa merawat kerukunan antarumat beragama. Kerukunan menjadi pondasi dasar terciptanya toleransi dan yang lebih luas lagi dapat berdampak pada perdamaian hidup berbangsa dan bernegara. Saling berebut ucapan terima kasih pun terjadi di ujung perjumpaan. Kami berharap ke depan akan terus bersinergi, menciptakan aksi bersama untuk kerukunan antarumat beragama dan pelestarian lingkungan di Banyuwangi.

Bersama tokoh agama Konghucu, Tjahyadi Sugianto, nomor tiga dari kanan (foto: tim regional Eco Bhinneka)

Bersama Pemuda Konghucu (foto: tim regional Eco Bhinneka)