Gedung Dakwah Muhammadiyah-Jakarta – Prof. Syafiq A. Mughni, MA., Ph.D (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah) diundang sebagai Keynote Speaker dalam Workshop Eco Bhinneka yang bertajuk “Kesalehan Lingkungan dan Praktik Pembelajaran Lintas Iman” pada hari Rabu, 27 Juli 2022.
Dalam keynote speech-nya, memaparkan bahwa kita berperan sebagai agen perubahan untuk kebaikan dan kemaslahatan kita semua, maka peran penting dari forum ini adalah membawa pesan untuk kita semua bergerak agar menjadi gerakan untuk lingkungan, kebebasan beragama dan berkeyakinan bisa meluas menjadi kesadaran kita bersama. Tentu saja peran tokoh agama sangat besar karena pada umumnya di Indonesia merupakan umat beragama dan selalu menjadikan tokoh agama sebagai representatif, maka pengaruh dari tokoh agama sangat penting. Serta perempuan dan pemuda perlu diperkuat lagi perannya didalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Isu yang ingin saya tekankan disini, pertama isu lingkungan hidup, persoalan ini masuk di dalam 10 persoalan dunia yang harus kita hadapi bersama-sama. Dari persoalan lingkungan disekitar kita sampai dengan persoalan gaya hidup masyarakat global. Ada tantangan perubahan iklim dimana jika ini tidak kita hadapi bersama-sama maka akan menimbulkan bahaya yang mengancam kehidupan kita mendatang. Muhammadiyah dan tokoh antar agama bersama merancang aksi-aksi konkrit yang harus dilakukan oleh Lembaga itu. Perhatian dunia sudah sedemikian besar dan menjadi tanggungjawab bagaimana kita menanamkan kesadaran ini khususnya pada generasi muda.
Selanjutnya, isu ekologi ini harus menjadi gerakan kita bersama, kita perkuat tanpa harus menunggu yang lain untuk bergerak. Tokoh-tokoh agama dengan kekuatan agama sebagai nilai harus kita manfaatkan sebagai salah satu kekuatan kemaslahatan di dalam kehidupan ini.
Yang kedua adalah soal kebebasan beragama dan berkeyakinan, ini juga menjadi isu global yang sangat penting. Di dalam Konferensi Ministerial yang saya ikuti sebagai wakil Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada awal Juli lalu di London dan menjadi Konferensi yang dihadiri 71 negara. Isu tentang kebebasan beragama menjadi sangat penting. Dari berbagai diskusi dan analisis selama Konferensi, ada kutipan yang sangat menarik dari hasil penelitian dua Lembaga yang mengatakan bahwa kaum Kristiani adalah komunitas yang paling banyak mengalami diskriminasi dan persekusi. Yang tertinggi melakukan persekusi ada di negara seperti Meksiko yang mayoritas Kristen dan yang paling berperan di dalam melakukan persekusi ini adalah kekuasaan, bukan konflik antar agama tetapi ada kekuasaan yang berperan disana. Merekalah yang melakukan persekusi terhadap minoritas masyarakat yang ada. Dalam hal ini, advokasi menjadi hal yang sangat penting sehingga menjadi sebuah kekuatan yang paling dominan di dalam mewujudkan Freedom of Religion or Belief (FoRB).
Editor: Shira Sahira