Eco Bhinneka Youth Camp Menjaga Toleransi, Merawat Kelestarian

Keseruan peserta Eco Bhinneka Youth Camp di Singkawan, Mei 2023 (foto : @ecobhinneka.kalbar)

29 orang pemuda-pemudi lintas agama dan penggiat lingkungan Kota Pontianak mengikuti Youth Camp yang diselenggarakan Eco Bhinneka Muhammadiyah Kalimantan Barat pada 12-14 Mei 2023, di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Kegiatan ini bertujuan untuk  memberikan pencerahan, semangat, dan motivasi kepada generasi lintas agama dan iman untuk mencintai alam, toleran serta memiliki pandangan luas tentang memimpin dan menjadi pemimpin. Turut hadir mengisi acara ini antara lain yaitu: Tjhai Chui Mie selaku Walikota periode 2017-2022, Baharuddin Ketua FKUB Kota Singkawang, Mukhaerifin selaku Ketua PDM Kota Singkawang, Ahsan Jamet Hamidi Pegiat Eco Bhinneka, dan Direktur Program Eco Bhinneka Hening Purwati Parlan. 

“Anak muda harus memiliki semangat yang tinggi untuk menyalurkan gerakan ini agar dapat mengajak secara berjamaah dalam menjaga lingkungan.”ucap Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Singkawang Mukharifin dalam sambutannya.

Mukharifin menyampaikan bahwa moral anak muda sangat mempengaruhi tindakannya dalam menjaga bumi dan lingkungan kita. “Sebagai masyarakat yang tinggal di Negara yang bermoral dan tentunya sadar bahwa di sekitar kita masih banyak problem lingkungan yang terjadi. Maka sebelum melakukan aksi dalam menjaga serta merawat lingkungan pertama kali yang perlu diperhatikan ialah moral kita.” ungkapnya. 

Di kesempatan yang sama, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Singkawang Baharuddin menyampaikan pesan kerukunan dan toleransi. “Saya berharap peserta Eco Bhinneka Youth Camp ini kelak nanti menjadi pemimpin, maka harus yang bermanfaat, dan bertanggungjawab bagi orang lain dalam upaya merawat keberagaman dan menjaga toleransi.” kata Baharuddin.

Menurut Baharuddin, Kota Singkawang mendapat predikat kota toleransi terbaik ini berdasarkan penilaian SETARA Institut, dengan menilai IKT (Indeks Kota Toleran) yang ditetapkan dari empat variabel sebagai alat ukur. Variabel pertama adalah regulasi pemerintah, variabel kedua adalah regulasi sosial, variabel ketiga tindakan pemerintah dan variabel keempat demografi sosial keagamaan. Variabel keempat inilah yang membuat Kota Singkawang tidak bisa ditandingi oleh kota manapun dan kabupaten manapun di Indonesia.

 “Toleransi dapat diimplementasikan kepada kelompok atau tim yang memiliki keanekaragaman seperti suku,ras,agama dan budaya,” ujarnya. Ia menambahkan, dengan adanya perbedaan tersebut seharusnya dapat menjadi alasan untuk melengkapi satu sama lain bukan malah untuk menjatuhkan satu sama lain. 

Hening Parlan selaku Direktur Eco Bhinneka, menyampaikan dengan adanya kegiatan dinamis melalui dialog keberagamaan ini dapat memperkuat kemampuan diri dan kelompok agar mampu bekerjasama, bersama menjaga alam dan warisan budaya dalam bingkai kebhinekaan. Bertemu langsung dengan identitas yang berbeda akan memberikan kita banyak pembelajaran, jangan dilihat perbedaannya tetapi lihatlah kebaikan untuk dapat saling menginspirasi,” ucapnya dalam saat memberikan materi.

Dioleh dari berbagai sumber oleh: Dama

Sumber : 

 

© 2024 Ecobhinneka Muhammadiyah. All rights reserved.