Keterangan: Eco Bhinneka Muhammadiyah Kalimantan Barat laksanakan Lesson Learn, Upgrading, and Gathering pada 14-15 Juni 2024 di Pontianak (Doc. @ecobhinneka.kalbar)
Eco Bhinneka Muhammadiyah Kalimantan Barat perkuat komunitas pemuda lintas iman ‘Sahabat Eco Bhinneka atau SEKA’ dengan penyusunan struktur dan program kerja, serta menghadirkan tokoh lintas agama untuk memberikan arahan akan pentingnya umat lintas iman bekerja sama dalam pelestarian lingkungan. Upaya tersebut dilaksanakan selama 2 hari pada 14-15 Juni 2024 di Pontianak, melalui sebuah acara bertajuk Lesson Learn, Upgrading, and Gathering: The Power of Teamwork for Pontianak Harmony and Universe Friendly.
Octavia Shinta Aryani, Regional Manager Program Eco Bhinneka Muhammadiyah Kalimantan Barat, menjelaskan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyusun dan membentuk Struktur Organisasi Sahabat Eco Bhinneka atau ‘SEKA’. “Pada kesempatan ini, kami merancang Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Garis-garis besar haluan organisasi (GBHO), dan Garis-Garis Besar Haluan Kerja (GBHK) yang nantinya diperlukan dalam mempersiapkan komunitas SEKA mendaftarkan dirinya ke KESBANGPOL,” terangnya.
Selain itu, lanjut Shinta, pada hari kedua kegiatan ini juga dilaksanakan sharing dan gathering yang bertujuan memberikan pemahaman dan motivasi kepada anggota SEKA untuk mengembangkan organisasi. Pada kegiatan Sharing, anggota SEKA berbagi capaian, cerita menarik dan pengalamannya selama hampir 3 tahun berkegiatan bersama Eco Bhinneka Muhammadiyah. Sedangkan kegiatan Gathering dikemas dalam bentuk diskusi panel yang menghadirkan tokoh agama dari beragam organisasi lintas iman di tingkat Provinsi Kalimantan Barat, yaitu dari: Majelis Ulama Indonesia (MUI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia Wilayah (PGIW), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI), dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN). Turut hadir juga Ketua Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Provinsi Kalimantan Barat, dan organisasi Nasional Paralympic Committe Indonesia (NPCI) Kalimantan Barat.
Keterangan: Gathering dikemas dalam bentuk diskusi panel yang menghadirkan tokoh agama dari beragam organisasi lintas iman di tingkat Provinsi Kalimantan Barat, pada 15 Juni 2024 (Doc. @ecobhinneka.kalbar)
“Melalui kegiatan ini diharapkan kedepan SEKA mampu menjalin dan meluaskan jejaring serta kerjasama yang kuat dengan berbagai elemen masyarakat dalam menciptakan ruang–ruang kolaboratif, inklusif, serta mendorong kebebasan beragama dan berkeyakinan lewat aksi lingkungan,” ujar Shinta.
Ida Shri Rsi Dukuh Putra Bandem Kepakisan, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kalimantan Barat, menyampaikan bahwa Negara Indonesia memiliki landasan yang menyatukan negara yaitu Undang-undang dan Pancasila, dalam satu kesatuan Negara Republik Indonesia dengan suasana kebhinekaan. “Saya dibina dengan ideologi Pancasila sampai kapanpun dengan waktu yang tidak terhingga. Perbedaan memang sudah ada sejak lahir. Berbagai sebutan Tuhan Yang Maha Esa namun dengan tujuan yang sama. Dalam konsep kebangsaan kita satu ideologi dengan landasan Bhinneka,” kata Ida.
Sedangkan Rolink Kurniadi Darmara selaku Ketua WALUBI Kalimantan Barat yang menyatakan bahwa lingkungan hidup tanggung jawab bersama, sehingga urusan lingkungan menjadi titik temu antar agama dalam kerja-kerja kemanusiaan. “Saya ingin mengajak teman-teman SEKA agar bersungguh-sungguh meningkatkan skill yang didapat dari interaksi. Dengan berinteraksi, teman-teman akan memiliki kemampuan bekerja sama dalam satu tim,” ungkapnya. Rolink menilai bahwa kesuksesan seseorang lebih dilihat pada kepribadiannya. Ia berharap dalam proses menjalani latihan dalam organisasi, SEKA mampu mengembangkan toleransi dan merawat kerukunan.
Pdt. Paulus Ajong selaku Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Wilayah (PGIW) Kalimantan Barat menyampaikan bahwa sampai saat ini dari semua planet yang ada maka yang hanya dihuni ialah bumi. “Uniknya adalah 8 milyar jumlah manusia di muka bumi berusaha untuk bertahan hidup. Satu-satunya yang membuat manusia bertahan ialah lingkungan yang baik. Tuhan menciptakan dengan sangat baik karena sesuai dengan kebutuhan manusia,” kata Pdt. Paulus. “SEKA memiliki peran penting untuk mengedepankan kepentingan bersama, karena krisis iklim adalah permasalahan bersama,” lanjutnya.
Kedua, imbuh Pdt. Paulus kebhinekaan tidak bisa dipisahkan dari keragaman, dan kemajemukan yang ada akan baik jika dilaksanakan denggan toleransi. Ia berharap, dengan bonus demografi, pemuda lintas iman yang tergabung di dalam SEKA mampu menjadi simpul, menemukan 2 tantangan dalam satu kesatuan, yakni toleransi dan lingkungan.
Sutadi selaku Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Kalimantan Barat menyambung menyampaikan pesan bahwa dalam ajaran Konghucu, apa yang dikerjakan oleh manusia maka semuanya akan kembali pada diri manusia itu sendiri. “Sehingga mari kita membina diri, terus belajar dan berlatih, agar upaya saling menghargai ini di SEKA ini dapat terus berjalan, melalui ragam kegiatan yang kreatif dan menyenangkan,” katanya.
Keterangan: Sahabat Eco Bhinneka (SEKA) Muhammadiyah Kalimantan Barat berfoto bersama usai menyusun program kerja pada 14 Juni 2024. (Doc. @ecobhinneka.kalbar)
Syamsul Hidayat selaku perwakilan Majelis Ulama Indonesia membayangkan bahwa semesta tidak akan membaik dan semakin menua. “Untuk memperbaiki lingkungan rasanya tidak mungkin. Kehadiran SEKA ini sebagai bentuk komunitas untuk menjaga lingkungan, mengingat perubahan iklim yang terjadi sudah di depan mata,” ucapnya. Menurut Syamsul, Eco Bhinneka perlu meningkatkan kapasitas agar memiliki teamwork yang lebih baik. “Saya membayangkan kita bisa membuat suatu program seperti wisata religi, sebagai bentuk pengenalan pada alam yang kemudian terkait dengan simbol keagamaan.” tambah Syamsul.
Mustaat Saman mewakili NPCI Kalimantan Barat menyampaikan bahwa NPCI bergerak di bidang olahraga disabilitas. “Kami bersama teman-teman memiliki semangat yang tidak setengah-setengahh. Penyandang disabilitas memiliki kerentanan mental sehingga agama menjadi penting. Dengan kehadiran SEKA ini tentu menjadi jembatan bagi kami untuk teman-teman disabilitas memiliki ruang untuk mampu berkontribusi mengatasi masalah krisis iklim yang menjadi masalah kita bersama.” tegas Mustaat.
Lebih lanjut, Manto selaku Kaban Kesbangpol Kalimantan Barat mengingatkan bahwa bumi sudah rusak akibat kondisi iklim yang sudah sangat sulit diprediksi. “Kita bisa mulai perbaikan lingkungan dengan melakukan 3R, Reduce, Reuse, Recycle, dari rumah sendiri. Kita juga bisa berkontribusi untuk menghasilkan oksigen melalui menanam pohon maupun tanaman lainnya,” terangnya.
Keterangan: Foto bersama para tokoh agama dari beragam organisasi lintas iman di tingkat Provinsi Kalimantan Barat, usai Diskusi Panel pada 15 Juni 2024 (Doc. @ecobhinneka.kalbar)
Penulis: Feby Kartikasari
Editor: Dzikrina Farah Adiba