Eco Bhinneka Muhammadiyah bersama Kedutaan Besar Belanda selenggarakan Cycling to Muhammadiyah Heritage atau Bersepeda ke Situs-Situs Warisan Muhammadiyah di Yogyakarta pada tanggal 17 November 2023. Acara tersebut bertujuan untuk memperkenalkan Kedutaan Besar Belanda tentang tempat-tempat bersejarah berdirinya Gerakan Muhammadiyah dari kampung Kauman di Yogyakarta. Kegiatan ini dimulai pada rute dari Halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta menuju ke Jl. Nyai Ahmad Dahlan, kemudian lanjut ke titik terakhir Kampung Kauman yaitu Musholla ‘Aisyiyah, dan makan “Gudeg” – makanan khas Yogyakarta, yang disajikan oleh panitia dengan kemasan yang ramah lingkungan.
Cycling to Muhammadiyah Heritage diikuti oleh 20 orang peserta yang berasal dari perwakilan organisasi, yaitu: Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) ‘Aisyiyah, dan Perwakilan TV Muhammadiyah. Kegiatan ini dipandu oleh Budi Setiawan yang merupakan cucu dari Kyai Raden Haji Hadjid, murid termuda dari Kyai Haji Ahmad Dahlan yang membantu perkembangan Muhammadiyah. Budi Setiawan mempelajari sejarah Muhammadiyah dari kakeknya.
“Ini adalah momen yang baik untuk memperkenalkan Muhammadiyah yang tidak hanya sekedar gerakan kebudayaan, tetapi juga gerakan budaya yang menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada masyarakat,” ujar Hening Parlan, Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah
Menurut Hening, Kauman merupakan tempat yang sangat bersejarah di mana K.H Ahmad Dahlan pertama kali mengajar Muhammadiyah. “Anda bisa melihat bagaimana K.H Ahmad Dahlan memberikan peluang besar kepada perempuan di tempat itu dengan mendirikan Musala ‘Aisyiyah,“ lanjutnya.
Hening meyakini bahwa Belanda dan Indonesia mempunyai banyak kesamaan. “Kita sama-sama menghormati budaya atau kearifan masyarakat dan ini menjadi pelajaran bagi anak-anak kita saat ini dan di masa yang akan dating,” terang Hening saat memberikan sambutan.
Dalam kesempatan yang sama, Bea Ten Tusscher, selaku Duta Besar Pemerintah Belanda untuk Kebebasan Beragama, mengaku senang berkesempatan mengunjungi situs-situs bersejarah Muhammadiyah. “Bagi saya sungguh perasaan yang luar biasa di sini dalam sejarah Muhammadiyah, mengunjungi masjid pertama yang dibangunnya, penilaiannya yang sangat akurat terhadap kebenaran arah ke Mekkah, yang tentu saja telah Ahmad Dahlan pelajari selama berada di sana dan belajar,” katanya.
“Agama ada di hati dan jiwa setiap orang Indonesia, di Yogyakarta dan di mana pun, dan sangat baik bagi saya untuk merasakannya, sebagai orang yang datang dari Belanda,” ungkap Bea. “Saya senang bisa mengenal hati dan jiwa masyarakat Indonesia di sini dan di masjid atau mushalla ‘Aisyiyah yang hanya untuk Perempuan ini. Karena ini merupakan langkah maju yang sangat penting bagi perempuan untuk pergi ke luar rumah untuk bersembahyang,” tambah Bea Ten Tusscher.
Editor: KD