
Keterangan: Tim Eco Bhinneka Muhammadiyah-Nasyiatul Aisyiyah menggelar silaturahmi beserta makan siang bersama beberapa tokoh lintas agama (6/11/2022). (Foto oleh: @ecobhinneka.banyuwangi)
Bertempat di Rumah Makan “Warung Kepiting”, Sobo, Banyuwangi, tim Eco Bhinneka Muhammadiyah-Nasyiatul Aisyiyah menggelar silaturahmi beserta makan siang bersama beberapa tokoh lintas agama (6/11/2022). Kegiatan ini dihadiri oleh Suminto dari tokoh agama Hindu, Herman dari Bamag, Yos Sumiyatna dari tokoh agama Katolik, H. Moh. Yamien, tokoh agama Islam, Ketua FKUB, Eka Wahyu W. dari tokoh agama Budha, dan Tjahyadi Sugianto dari tokoh agama Konghucu.
Lia Kharisma selaku Tim Manajemen Regional Eco Bhinneka Muhammadiyah Banyuwangi mengungkapkan bahwa kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan menyamakan visi bersama dalam mengatasi isu lingkungan dan intoleransi yang ada di Banyuwangi. “Tokoh agama yang hadir dalam acara ini sudah pernah terlibat dan mengikuti beberapa rangkaian kegiatan Eco Bhinneka seperti FGD Eco Bhinneka, penyusunan modul Eco Bhinneka, dan berbagai workshop.” ungkapnya.
Turut hadir pula Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Banyuwangi ayunda Siti Bariroh, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyuwangi Drs. H. Sujanto, M.M., dan dua anggota komunitas Ecoton (Ecological Observation and Wetland Conservation) Mohammad Alaika Rahmatullah dan Toni Afrianto. Kedua anggota Ecoton tersebut merupakan pemateri yang akan mengisi kegiatan Eco Bhinneka “Besuk Sungai” yang telah dilaksanakan Minggu, 6 November 2022 di Sungai Kalibaru Kecamatan Siliragung.
Pada kesempatan ini, Herman (Bamag) yang aktif pada komunitas Eco Enzim Nusantara di Banyuwangi mengedukasi masyarakat terutama ibu rumah tangga untuk tidak membuang sampah sisa sayuran karena bisa dimanfaatkan untuk pembuatan eco enzim. “Eco enzim memiliki manfaat yang sangat banyak untuk kehidupan. Selain itu pembuatan eco enzim bisa menambah pemasukan masyarakat sehingga meningkatkan taraf ekonomi.” kata Herman yang juga telah melakukan pelatihan eco enzim kepada perangkat desa dan ibu-ibu PKK. “Eco enzim merupakan fermentasi dari sampah sisa sayuran maupun kulit buah yang dicampur dengan gula merah/gula aren dan air.” katanya. Herman yang juga sering mengisi materi di sekolah-sekolah Islam hingga pesantren ini juga mengajak berkolaborasi antara Eco Bhinneka dengan Eco Enzim Nusantara.
Adapun Suminto sebagai perwakilan dari tokoh agama Hindu, berpesan bahwa jangan sampai gerakan Eco Bhinneka ini hanya diwujudkan dengan action kecil yang tidak berdampak besar dalam kebijakan pemerintah, “Program yang dilaksanakan Eco Bhinneka merupakan pengalaman yang menarik dan bermanfaat.” kata Suminto. Silaturahmi ditutup dengan makan siang bersama serta pembagian cinderamata oleh Tim Eco Bhinneka kepada tokoh lintas agama.
Author: Lia Kharisma Saraswati
Editor: Dzikrina Farah Adiba