Kebutuhan untuk tenaga fasilitator menjadi bertambah dan mendesak terutama mengisi ruang-ruang ‘Pelatihan Lintas Agama untuk Keadilan Iklim’ yang tersebar di berbagai wilayah dalam waktu yang hampir bersamaan. Eco Bhinneka Muhammadiyah dan GreenFaith Indonesia gelar In-house Facilitation Training, atau pelatihan fasilitasi, pada Kamis – Jumat 30-31 Mei 2024 di Jakarta. Kegiatan ini diikuti 10 orang, terdiri dari tim manajemen program Eco Bhinneka Muhammadiyah dan GreenFaith Indonesia, serta beberapa perwakilan organisasi mitra GreenFaith Indonesia.
Keterangan: Tim manajemen program Eco Bhinneka Muhammadiyah dan GreenFaith Indonesia mengikuti In-House Facilitation Training pada 30-31 Mei 2024 di Jakarta (Foto oleh Hening/ @ecobhinneka)
“Antusiasme komunitas keagamaan untuk mendapatkan ’Pelatihan Lintas Agama untuk Keadilan Iklim’ terus mengalir. Tenaga fasilitator yang diperlukan harus memiliki kualitas yang setara untuk pengetahuan dan keterampilan teknis fasilitasi,” ungkap Nita Roshita, Media and Training Manager GreenFaith Indonesia.
Proses fasilitasi di dalam sebuah forum pelatihan, urai Nita, diharapkan dapat membantu memudahkan cara, merancang dan memandu proses, dan mengaktifasi peserta agar mudah paham dengan materi disampaikan narasumber. “Fasilitator bukan jadi narasumber, fasilitator juga tidak menyimpulkan materi,” terangnya. “Fasilitator mirip spons, tidak prejudice, memiliki minat yang kuat, bersikap dan berpikiran positif, percaya pada kekuatan kelompok, dan berempati,” imbuh Nita, yang juga sebagai fasilitator pada acara In-house facilitation training ini.
In-house facilitation training yang digelar selama 2 hari tersebut bertujuan mengenalkan teknik fasilitasi dasar bagi tim, meningkatkan kemampuan komunikasi tim, dan memperkuat kerja sama tim. Di hari pertama, peserta mendapatkan materi fasilitasi dan bergantian praktik memfasilitasi. Di hari kedua, peserta melakukan simulasi meng-handel keseluruhan proses pelatihan, dan berbagi tugas menjadi fasilitator di tiap-tiap materi ’Pelatihan Lintas Agama untuk Keadilan Iklim’.
Keterangan: Fasilitator In-House Facilitation Training, Nita Roshita, menyampaikan bahwa fasilitator harus bisa mengaktifasi peserta agar mudah paham dengan materi disampaikan narasumber (Foto oleh Karin/ @ecobhinneka)
Pada sesi materi bertajuk ‘Membangun Pemikiran untuk Gerakan Berbasis Agama’, Hening Parlan selaku Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah menegaskan bahwa gerakan lingkungan harus didasari paham terkait situasi dan konteks, agar tidak kehilangan ruhnya. “Kalau membangun gerakan, perlu ada masyarakat yang dilibatkan, kita butuh tangan-tangan lain untuk bergerak,” katanya. Syarat pergerakan, menurut Hening, harus menjadi perbincangan orang-orang.
“Kita bisa menjumpai umat lintas agama dan keyakinan pada irisan antara isu lingkungan dan isu kemanusiaan, karena lingkungan dan kemanusiaan menjadi urusan semua orang,” kata Hening, yang juga menjabat sebagai Koordinator Nasional GreenFaith Indonesia. Terkait langkah membangun gerakan berbasis agama, menurut Hening, setiap agama atau keyakinan perlu menelaah kembali pengetahuan agama atau keyakinannya, memahami nilainya, kemudian mendapatkan peningkatan kapasitas, mengambil langkah aksi bersama berdasarkan data, membangun jejaring, setelah itu mendorong munculnya champion atau duta di komunitasnya.
Keterangan: Tim manajemen program Eco Bhinneka Muhammadiyah dan GreenFaith Indonesia mengikuti In-House Facilitation Training pada 30-31 Mei 2024 di Jakarta