Optimalkan Peran Perempuan, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Membangun Harmonisasi dan Ketangguhan Melalui Konferensi Internasional

Infografis International Conference Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah
Infografis International Conference Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA)

Jakarta – Menyambut Muktamar ke 14 Nasyiatul Aisyiyah yang akan dilaksanakan pada 2-4 Desember di Bandung Jawa Barat, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah gelar International Conference bertajuk “Women Peace and Harmony”, 30-31 Agustus 2022.

Bekerjasama dengan Eco Bhinneka Muhammadiyah, kegiatan ini mengusung hybrid conference, luring dan daring yang bertempat di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis UHAMKA, acara ini diikuti oleh 50 orang secara luring, 300 orang daring melalui Zoom, dan 1200 orang dari streaming youtube PPNA.

Kegiatan ini adalah kegiatan penghujung yang luar biasa dan menjadi penanda bahwa Nasyiatul Aisyiyah siap untuk go international. Kesiapan ini disampaikan oleh Diyah Puspitarini selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan ini. Diyah menyampaikan bahwa hari ini makna damai dan harmoni tidak hanya sebatas jargon saja tetapi di Indonesia peran perempuan sangat besar dalam membentuk dan menciptakan sekaligus sebagai agen perdamaian seperti rahmatan lil ‘alamin yaitu rahmat kepada seluruh alam.

“Peran Nasyiatul Aisyiyah di dalam dan di luar negeri tidak hanya sebagai follower saja tetapi Nasyiatul Aisyiyah juga memberikan gagasan pemikiran dan arah gerak perempuan muda di Indonesia di masa saat ini dan di masa yang akan datang. Bagaimana gerak Nasyiatul Aisyiyah untuk peran perempuan muda terlibat sebagai agen perdamaian, sebagai penjaga nilai harmoni dan sebagai pelaku pada ranah publik, tidak hanya terkesan sebagai pelengkap saja”, jelas Diyah.

Surya Rahman Muhammad selaku Project Manager Eco Bhinneka Muhammadiyah berkesempatan hadir memberikan sambutan dalam International Conference tersebut. Dalam sambutannya, Surya menyampaikan bahwa Eco Bhinneka Muhammadiyah merupakan program yang diinisiasi berbagai pihak dalam mendorong kerjasama untuk membangun kolaborasi lintas iman khususnya pemuda dan perempuan dalam gerakan lingkungan.

“Perempuan memiliki peran yang penting dalam membangun dan mengembangkan gerakan untuk komunitas sehingga memberikan pengaruh yang luar biasa. Dalam International Conference ini kita bisa belajar perspektif-perspektif dari berbagai negara serta belajar mengoptimalkan peran perempuan dalam upaya membangun harmonisasi dan ketangguhan. Kita bisa belajar bersama-sama dan mengambil manfaat dari International Conference ini sehingga nanti kita bisa terapkan dan mengimplementasikan kepada masyarakat serta bagaimana kita bisa melibatkan kelompok-kelompok perempuan untuk terus bergerak dalam upaya-upaya yang lebih besar” ungkap Surya.

Kegiatan dengan format diskusi panel ini melibatkan pembicara seperti Guru Besar Ekonomi dan Keuangan dari American University in Cairo dan Ainu Syams University, Prof. Dr. Musthofa Dasuki Kesbah, Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Ketua Program Studi Magister Sains Manajemen dan Doktor Ilmu Manajemen Universitas Gajah Mada, Prof. Nurul Indarti, Sivilikonom., Cand. Merc., Ph.D.

Selain itu pemateri lain yang sudah mengisi forum ini pada hari pertama adalah akademisi Institute of Islamic Studies – University of the Philippines, Diliman, Nefertari A A Arsad, Ph.D, anggota Komisi X DPR RI, Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si, Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Didik Suhardi, Ph.D.

Pada hari kedua, penyampaian keynote speaker oleh Menteri Kemenko PMK,  Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P, pemateri lain yang dijadwalkan mengisi forum pada hari kedua ini adalah Direktur Faith to Action Network (F2A) Nairobi-Kenya, Peter K. Munene, Ketua  Umum PPNA 2008-2012, Abidah Muflihati, M.Si dan Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Al Islam Kemuhammadiyahan (LPP AIK UHAMKA – Jakarta), Muhib Rosyidi, MA.

Melalui Konferensi Internasional, Nasyiatul Aisyiyah mencoba menggagas upaya-upaya perdamaian dan membangun resiliensi kolektif sehingga perempuan bisa terlibat dan berkontribusi dalam pemenuhan hak, akses terhadap pendidikan dan ekonomi, bebas dari diskriminasi atas dasar apa pun, serta untuk turut serta menciptakan perdamaian dalam tingkatan nasional, regional dan global. Momentum konferensi ini juga diharapkan dapat membingkai kaum perempuan muda dalam mewujudkan masyarakat yang resilien/ tangguh dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang dinamis ke depannya. Sebagai rangkaian dari perhelatan Muktamar Nasyiatul Aisyiyah, Konferensi Internasional ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk melakukan refleksi sejauh mana pencapaian-pencapaian perempuan dalam mendapatkan akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat di tengah masyarakat serta meneguhkan harapan bagi perempuan muda untuk bergerak maju dan menunjukkan kemampuan serta jati dirinya sebagai “kader dunia” yang produktif, inovatif, kreatif, dan inklusif.

 

Shira Sahira/ Eco Bhinneka Muhammadiyah