
Kolaborasi aktor lintas iman dan komunitas dalam membuat alat kampanye. (Doc. @ecobhinneka_solo)
Eco Bhinneka Nasyiatul Aisyiyah Regional Surakarta menggelar kegiatan pembuatan alat media kampanye kerukunan dan lingkungan, yang digelar selama tiga hari pada 11-13 November 2022, yang berlokasi di Omah Parangkesit Laweyan Solo. Kegiatan pembuatan alat kampanye ini diikuti 25 orang peserta yang berasal dari aktor antar iman yakni Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Islam.
Uswatun Hasanah sebagai tim Regional Eco Bhinneka Surakarta menyampaikan bahwa seluruh peserta saling berkolaborasi dalam membuat dan mengreasikan alat kampanye yang berasal dari limbah sampah plastik. “Tidak lagi mementingkan latar belakang identitias masing-masing, semua bisa dengan baik dalam satu forum saling mencurahkan kemampuannya dalam membuat alat kampanye” ungkapnya. Selain itu, Uswatun menambahkan, mereka juga berunding untuk menentukan konten dan pesan yang bisa menyuarakan keinginan mereka sebagai masyarakat beriman untuk bisa menjaga lingkungan.
“Kegiatan ini menghasilkan 15 poster digital, 3 video kampanye, 5 poster dari limbah, 4 topi caping dari limbah, dan tas belanja dari limbah, serta terbentuknya grup agen koordinasi khusus untuk memudahkan penyebaran info dan kampanye secara bekelanjutan.” kata Uswatun yang kini masih aktif sebagai pengurus di Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah.
Tidak hanya itu, peserta berasal dari keterwakilan anak muda lintas iman seperti anak muda Hindu, anak muda Kristen, anak muda Islam, dan Katolik. Terlibat pula di kegiatan ini, kelompok perempuan baik dari kelompok muda maupun tua yang terdiri dari pemudi Karangtaruna, PKK, dan KWT dari Joyotakan, komunitas lansia, dan dari perempuan muda Muhammadiyah (IPM, IMM, NA). Kemudian keterlibatan anak muda laki-laki banyak berasal dari Karangtaruna Joyotakan, IMM, IPM, dan komunitas lingkungan Solo. Representasi laki-laki dalam kegiatan ini lebih banyak dibanding perempuan yaitu 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan yang terdiri dari 7 perempuan muda dan 3 perempuan tua.
Keguatan ini juga turut melibatkan perwakilan dari komunitas difabel yang terdiri dari perwakilan perempuan difabel netra dan pemuda difabel daksa, keduanya berasal dari Agama Kristen. Komposisi peserta antar usia seimbang baik dari kelompok usia muda maupun tua. Keterlibatan dari kelompok tua banyak dari tokoh agama dan aktor kunci yang ada di masyarakat Solo. Peran dari kelompok tua masih diperlukan mengingat mereka memiliki power dalam memberikan pengaruh di masyarakat.

Foto bersama tokoh lintas agama dan komunitas dalam mengampanyekan Eco Bhinneka di kawasan CFD Slamet Riyadi Solo. (Doc. @ecobhinneka_solo)
Penampilan Kampanye Menggunakan Hasil Kreasi Limbah dari Sampah Plastik
Ia juga membagikan cerita, bahwa pada saat kampanye di CFD (Car Free Day) ini dirangkaikan juga dengan kegiatan kampanye. “Kami melakukan tukar sampah dengan baju bekas layak pakai, tidak hanya itu, untuk beberapa aitem kerajinan sampah yang sudah dibuat, bisa ditukarkan dengan baju tersebut.” tuturnya. Menurut Uswatun, para peserta merupakan aktor kunci yang dapat menjadi agen perubahan dan penyebaran informasi sehingga komunikasi yang intensif harus terus dijaga.
“Peserta juga mendapatkan banyak materi dan wawasan baru mengenai sampah dan pengelolaannya, serta memaknai sampah sebagai media merawat kerukunan.” ungkap Uswatun. “Berbagai testimoni dari peserta juga menyatakan bahwa mereka saling belajar dan memperoleh banyak hal baru baik dari peserta dan sesama peserta lain yang masing-masing memiliki keahlian tersendiri di bidang pengelolaan sampah dan kerukunan” imbuhnya.

Pak Ida (tokoh Hindu Solo) mempromosikan sampah plastik sebagai alat tukar di program Eco Bhinneka Surakarta. (Doc. @ecobhinneka_solo)
Regional Manager Eco Bhinneka Surakarta Hanifa Kasih mengungkapkan bahwa kegiatan ini menjangkau berbagai pihak. “Tidak hanya menjangkau masyarakat Joyotakan sebagai penerima manfaat dan area piloting project kami tapi juga dapat menjangkau tokoh dan aktivis level kota Surakarta seperti perwakilan difabel yang merupakan delegasi dari Dinas Sosial Kota Surakarta, aktor-aktor FKUB, pengurus muda Hindu dan Budha, dll.” kata Hanifa. Pada pelatihan kali ini juga, Hanifa menceritakan bahwa Ia menerima masukan dan saran dari peserta dalam hal kebermanfaatan dan efektifitas program. “Semua saran yang kami terima kami catat dan dokumentasikan sebagai landasan untuk perbaikan kegiatan kedepannya” tuturnya.
Menurut Hanifa, saat proses kampanye yang secara langsung dilaksanakan di kawasan CFD Slamet Riyadi Solo para peserta banyak secara langsung berinteraksi dengan pengunjung dan mempromosikan program ini dengan baik.”Salah satu peserta mendapat tawaran kerjasama dari komunitas difabel rungu dari Jakarta, tokoh agama Hindu dan Budha tidak sungkan untuk membantu menawarkan penukaran baju bekas. Semua peserta sangat aktif dan antusias” ungkapnya. Selain itu, Hanifa melanjutkan, para peserta yang mengampanyekan Eco Bhinneka dihampiri oleh beberapa aktivis dari Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) dan dari perusahaan Teh Gerdoe terkait pengelolaan sampah. “Mereka sangat tertarik, ingin mengenal lebih jauh, serta ingin berkolaborasi dengan program Eco Bhinneka terutama yang telah berjalan di Surakarta” tuturnya.
Setelah proses kampanye dilakukan, para peserta berkumpul dan kita melakukan evaluasi dan refleksi bersama. Beberapa peserta mengusulkan untuk membentuk kelompok kerja berkelanjutan dan berinisiatif untuk menjadi relawan dalam kelompok kerja tersebut. Ada yang mengusulkan untuk melanjutkan membuat kerajinan sampah dan produk tersebut dapat digunakan sebagai alat transaksi dengan sampah plastik yang akan dikumpulkan pada kelompok kerja yang akan kami resmikan. Hasil dari kerajinan sampah yang dibuat akan diputar menjadi pemasukan yang akan digunakan untuk pengelolaan program Eco Bhinneka yang berkelanjutan.
Author: Uswatun Hasanah
Editor: Dzikrina Farah Adiba