Imam Gereja Katolik Romo Astanto Beri Dukungan Eco Bhinneka Muhammadiyah di Pontianak

Keterangan: SEKA atau Sahabat Eco Bhinneka Muhammadiyah Pontianak berkunjung ke kediaman Romo Yulianus Astanto Adi, CM, Imam Gereja Katolik Keluarga Kudus Pontianak pada Jum’at 19 Agustus 2022. (Foto: @ecobhinneka.kalbar)

 

Sore itu cuaca ramah menyambut SEKA, panggilan akrab untuk Sahabat Eco Bhinneka Muhammadiyah Pontianak yang berkunjung ke kediaman Romo Yulianus Astanto Adi, CM, Imam Gereja Katolik Keluarga Kudus Pontianak pada Jum’at 19 Agustus 2022.

Kami duduk di sebuah ruangan ukuran 4×5 meter. Dindingnya berwarna putih. Di dinding terdapat patung yesus disalib. Di sampingnya terdapat tulisan. Romo Astanto menyambut kami dengan senyum lembut yang merekah. “Silahkan masuk. Ini ruangan Romo”, katanya sambil menunjuk sebuah ruangan.

Sahabat Eco Bhinneka Muhammadiyah Pontianak adalah sekumpulan kawan muda dengan masing – masing memiliki latar belakang oraganisasi, suku dan agama yang berbeda – beda. Pak Adi yang putih dan bermata sipit, misalnya, adalah seorang guru beragama Konghuchu. Kadek dan Putu, dari namanya rekan – rekannya akan mengira mereka orang Bali, tapi setelah berkenalan, ternyata dua pemuda hitam manis ini adalah juga warga Pontianak.Sambil memperkenalkan diri, SEKA mendengar kisah-kisah hangat toleransi dan kerukunan oleh Romo Astanto, demikian Imam yang murah senyum ini akrab disapa. “Kebersamaan ini yang lebih penting sebenarnya, daripada gaya hidup ekologis itu sendiri.” Demikian Romo Astanto menekankan sambil memandang Sahabat Eco Bhinneka.

Pernyataan ini dibenarkan oleh Octavia Shinta, Regional Manager Eco Bhinneka Muhammadiyah Pontianak. Ia memandang silaturahmi dan perjumpaan antara pemeluk agama itu penting. “Prasangka dan kecurigaan dapat dikurangi dengan banyak bersilaturahmi.” kata Shinta. Ia menambahkan bahwa menjadi tanggung jawab generasi muda saat ini untuk terus menjalin kerukunan antar umat beragama. “Bukan hanya lewat dialog, tapi bagaimana toleransi itu dapat terlihat dari satu aksi yang dapat dikerjakan bersama-sama” ungkapnya.

Eco Bhinneka Muhammadiyah memfasilitasi sejumlah elemen untuk misalnya dalam kegiatan ngopi bareng tokoh agama. Ngopi adalah tradisi warga Pontianak. Di warung kopi, bukan hanya mengkonsumsi minuman warna hitam, tapi mereka juga mendiskusikan pesan hidup. Termasuk masalah masyarakat. Di warung kopi ini pula para tokoh agama membicarakan masalah toleransi bagaimana upaya mempererat persaudaraan dan kerukunan.

Sebelumnya Romo Astanto dalam sebuah misa harian memperkenalkan Eco Bhinneka Muhammadiyah Pontianak. Ia mengingatkan cita–cita para pendiri bangsa yakni bahwa Indonesia adalah negara yang beraneka ragam.  “Eco Bhinneka Muhammadiyah sejatinya tidak hanya memperkenalkan hidup ekologis, tetapi juga mencoba menjadi inisiator hidup berbhinneka.” tutur Romo. Menurutnya, kita juga harus menghargai ekologi, memberi perhatian kepada makhluk – makhluk Tuhan lainnya. “Hidup bersama, artinya kita bersama–sama memberi perhatian pada hidup ekologi yang lestari” pungkasnya.

 

Author: Titah Saputri

Editor: Dzikrina Farah Adiba