Melalui pendekatan Intra-Religious, Eco Bhinneka Muhammadiyah ingin melibatkan kelompok pemuda dan perempuan membangun kesadaran dan pengetahuan pentingnya umat beragama ber-ta’awun mencegah kerusakan lingkungan. Pondok Pesantren sebagai media dakwah Muhammadiyah/ ‘Aisyiyah melalui bidang Pendidikan, menjadi Lembaga penting yang berperan dalam membentuk karakter kelompok muda, agar sadar akan pentingnya merawat kerukunan umat beragama, serta yang memiliki kepedulian dan keberpihakan pada usaha-usaha pelestarian dan penyelamatan lingkungan.
Pada 24 Januari 2024, Eco Bhinneka dan LLHPB PWA Jabar melanjutkan pertemuan FGD penyusunan modul Green Pesantren. Acara ini dilaksanakan guna menyepakati susunan konten isi modul, timeline kerja, target waktu, dan pembagian peran. Sehingga penyelesaian modul dapat termonitor dengan lebih baik dan selesai sesuai dengan waktu yang disepakati. Pertemuan yang diadakan di ‘Aisyiyah Boarding School (ABS) Bandung ini dihadiri 15 orang yang terdiri dari unsur tim manajemen Eco Bhinneka, Tim Penyusun Modul yang terdiri dari LLHPB dan Majelis PAUDASMEN PWA Jabar, dan ABS.
Acara dimulai dengan sambutan dari Mudir ‘Aisyiyah Boarding School (ABS) Bandung, Dede Kurniawan. “ABS ini merupakan salah satu sekolah yang diinisiasi atau pelopor konsep Green School. Saya sebagai tuan rumah, jika Bapak dan Ibu membutuhkan bantuan insyaAllah kami siap membantu,” ucapnya. Di kesempatan diskusi, Dede memberi masukan agar tim penyusun mempertimbangkan pentingnya ada materi yang menegaskan asas atau landasan, yang memperkuat alasan mengapa Green Pesantren perlu dilakukan.
Sementara itu, Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan, menegaskan pentingnya kerjasama dengan berbagai pihak. “Kalau kita mau membangun sesuatu, tidak bisa sendiri. Adakah kolaborasi yang bisa dilakukan dengan pihak-pihak lainnya,” ujarnya memberikan pengantar. “Perlu kita pikirkan apakah ada dampaknya untuk warga kita, lingkungan kita. Kemudian apa yang kita mimpikan bisa terwujud dengan adanya panduan Green Pesantren ini,” imbuhnya lagi.
Tuti Kusmiati, Ketua LLHPB PWA Jabar, berharap bahwa modul Green Pesantren bisa berkontribusi bagi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. “Di pertemuan FGD ini kita tidak hanya ingin menghasilkan ide atau gagasan yang memberikan kontribusi bagi anak-anak peserta didik, namun mudah-mudahan bisa diadopsi ole seluruh pesantren Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah se Indonesia,” ungkapnya.
Rangkaian FGD dimulai dengan penjelasan alur diskusi yang dipaparkan oleh Direktur Eco Bhinneka, kemudian dilanjutkan presentasi draft konten modul oleh Ketua Tim Penyusun Modul yang dibentuk oleh PWA Jabar, Amalia Nur Milla. “Usulan output kegiatan ini bukan modul, melainkan berupa buku agar bisa ber-ISBN. Karena saat ini aturannya modul tidak bisa diusulkan ISBN nya,” ungkapnya. “Usulan judul buku yang kami tawarkan adalah Design for Change (DFC) Green Pesantren,” lanjutnya.
Setelah mendapatkan masukan dari para peserta yang hadir di FGD, acara dilanjutkan dengan diskusi follow up action atau rencana tindak lanjut. Rencana ini disusun mulai dari aktivitas apa yang akan dilakukan, siapa penanggungjawabnya, dan kapan tenggat target waktunya sejak pertemuan FGD ini hingga bulan Maret 2024 mendatang, hingga rencana launching pada momen Milad ‘Aisyiyah 2024. Kemudian acara dilanjut denggan penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani oleh Direktur Program Eco Bhinneka dan Ketua LLHPB PWA Jabar.
(Dzikrina Farah Adiba)