Memperingati Hari Sumpah Pemuda, Eco Bhinneka Muhammadiyah membagikan pengalaman tentang gerakan pemuda lintas iman untuk melestarikan lingkungan di Ternate, Pontianak, Banyuwangi, dan Surakarta, di acara peringatan Bincang Kebangsaan bertema Dia-Lo-Gue, Kita Orang Muda Indonesia pada Sabtu, 28 Oktober 2023. Acara yang diselenggarakan oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA 1 PSKD (Persatuan Sekolah Kristen Djakarta) ini dihadiri lebih dari 100 orang siswa-siswi yang berasal dari SMA 1 PSKD, SMK 3 PSKD, SMA 4 PSKD, SMA 68 Jakarta, dan SMA Muhammadiyah 1, serta para alumni.
Rainisah Kupaputih Kotala selaku Ketua Panitia menyampaikan bahwa tujuan dari pertemuan ini adalah memberikan ruang dialog kepada para orang muda untuk saling memberikan sumbangsih pemikiran. “Dengan bertemunya orang muda dari berbagai latar belakang, kita bisa saling berdialog terkait harapan, tantangan masa kini, dan berani menyuarakan gagasan kita untuk masa depan. Selain itu, kita sebagai orang muda bisa menunjukkan kembali indahnya kesatuan dalam kebhinnekaan,” ungkap Siswi Kelas XI IPA SMA 1 PSKD ini.
Acara dimulai dengan sesi penyampaian gagasan oleh 4 perwakilan siswa-siswi dari latar belakang kepercayaan dan sekolah yang berbeda-beda. Setelah memperkenalkan diri, masing-masing ada yang menyampaikan tentang pentingnya menyaring informasi sebelum menyebarluaskannya, pentingnya merawat persatuan, pentingnya terlibat aktif berkegiatan di berbagai bidang yang diminati, hingga pentingnya peduli terhadap krisis iklim. Setelah sesi penyampaian gagasan, kemudian dilanjutkan dengan sesi pembahasan, di mana Eco Bhinneka menjadi salah satu pembahasnya.
Pada sesi pembahasan ini, Dzikrina Farah Adiba selaku Manager Komunikasi dan Hubungan Para Pihak Eco Bhinneka Muhammadiyah mengajak para orang muda untuk mengambil peran dalam upaya memperlambat krisis iklim. “Suhu udara yang terasa panas, sungai yang tercemar, itu siapa yang akan merasakan akibatnya? Rasanya kita sepakat bahwa dampak kerusakan lingkungan itu mempengaruhi kita semua, tidak memandang perbedaan latar belakang kita,” ungkapnya.
Farah juga menceritakan bahwa di dalam Buku Merawat Kerukunan Melestarikan Lingkungan, yang berisi tulisan para tokoh lintas-agama, pembaca bisa menemukan bahwa semua agama memiliki nilai-nilai untuk mencintai dan merawat lingkungan. “Tanah Air kita hanya satu, bumi ini adalah satu-satunya, mari kita rawat bersama, dengan cara merawat persatuan kita sebagai anak bangsa, dan dengan menyuarakannya menggunakan Bahasa persatuan kita, Bahasa Indonesia, melalui beragam tulisan maupun konten kreatif,” ajaknya.
Ia berharap, kegiatan dialog yang mempertemukan orang-orang muda dari berbagai latar belakang ini perlu sering diadakan. Dengan begitu, menurutnya, akan membentuk ruang perjumpaan, di mana memberikan kesempatan orang muda untuk saling berkomunikasi, berbagi gagasan, hingga aksi bersama.
(Adiba)