CSO Side Event : Bahas Isu Krusial Keamanan Perempuan

Foto Hening Parlan Saat Memaparkan Hasil Temuan Lapang (Photo By Dama)

Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia serta sejumlah organisasi masyarakat sipil di ASEAN telah menggelar CSO Side Event – WPS High Level pada hari Selasa -Rabu tanggal 4-5 Juli 2023 di Yogyakarta. Kegiatan ini mengusung tema “Building Resilient Communities: Applying an Intersectional Perspective in the Regional Plan of Action on Women, Peace, and Security”, dalam kegiatan ini di hadir oleh sejumlah perwakilan masing-masing organisasi masyarakat sipil se-ASEAN baik secara offline maupun online.

Pembukaan CSO Side Event ini di hadiri oleh Eni Widiyanti selaku Assistant Deputy for the Protection of Women’s Rights in the Household and Vulnerable, The Ministry of Women Empowerment and Child Protection of the Republic 0f Indonesia, Andhika Chrisnayudhanto selaku Deputy of International Cooperation, The National Counterterrorism Agency of the Republic of Indonesia, and H.E I Gusti Agung Wesaka Puja selaku Executive Direction of ASEAN Institute for Peace and Reconcliation.

Foto Sambutan I Gusti Agung Wesaka Puja

Dalam sambutannya Eni Widiyanti menyampaikan bahwa, “Masyarakat sipil memainkan peran penting sebagai pembicara penghubung akar rumput dan menjadi penanganan pertama dalam menghadapi krisis di Indonesia. Pertemuan WPS ini merupakan platform terbuka yang memungkinkan partisipasi berbagai pihak” ujar Eni Widiyanti, Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan Dalam Rumah Tangga dan Rentan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA).

Dalam kegiatan CSO Side Event ini terdapat enam kelompok, salah satu kelompoknya membahas terkait Promoting Religious Pluralism and Women’s
Rights: Fostering Inclusive Societies for Sustainable Peace. Dengan tiga narasumber yaitu, Pendeta Kristi, S.Si., M.A, dari Srikandi Lintas Iman (SRILI), Ninin Karlina, dari PeaceGen Coordinator Solo Region dan narasumber terakhir yaitu Otto Adi Yulianto, dari Institute DIAN/Interfidei.

Dari kegiatan yang berlangsung Hening Parlan selaku Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah dapat menyimpulkan hasil diskusi dalam kelompok tersebut bahwasannya “Pluralisme agama dan problem kebebasan beragama atau berkeyakinan (KBB) Kemajemukan sebagai realitas: ancaman dalam masyarakat majemuk; intoleransi, perbedaan (termasuk dalam agama dan keyakinan) cenderung dilihat sebagai ancaman (daripada sebagai anugerah) atau situasi yang membuat tidak nyaman, tabu, dan dihindari, relasi intoleransi/toleransi dan pelanggaran/penikmat KBB; bagai ikan dalam kolam. Di Indonesia; situasi kolam yang tidak jernih (intoleransi) telah membuat Kesehatan ikan terancam (pelangaran KBB). Contoh: maraknya kasus penentangan keberadaan temat ibadah dri agama yang tidak dominan dan solusinya “mengobati ikan tanpak menjernihkan kolam”. Ucap Hening Parlan.

“Situasi perempuan dalam isu pluralisme agama dan KBB: Resiko keamanan dan ancaman yang dihadapi perempuan (dianggap bukan masalah, namun mengandung masalah), dalam dunia Pendidikan, dalam interaksi sosial, dan dalam hak beribadah.” Tambah Hening Parlan dalam sesi terakhir diskusi.

 

Penulis : KD

 

 

 

© 2024 Ecobhinneka Muhammadiyah. All rights reserved.